Kamis, 09 Desember 2010

APA MANFAAT LITERASI UNTUK PEMULUNG?

Masih ingat dengan cerita saya ketika mengikuti lomba pustakawan berprestasi tingkat propinsi? Nah…judul di atas adalah salah satu pertanyaan juri kepada saya. Jujur saya kaget mendapat pertanyaan yang jauh dari bayangan saya. Untung saya punya teman pengepul pemulung (tempat pembelian barang-barang yang dikumpulkan pemulung)dan jauh sebelum mengikutu lomba ini, saya pernah ngobrol tentang pekerjaannya ini.

Tempatnya tinggalnya berdekatan dengan gudang, kesannya kumuh dan berantakan. Gudangnya panas karena terbuat dari seng. Pekerjaannya benar-benar menguras tenaga dan kotor. Pekerjaan yang menurut sebagian orang tidak mengenakkan, tetapi siapa sangka penghasilan bersih sebagai pengepul ini rata-rata 1 juta rupiah. Wow….coba kita bandingkan dengan saya. Sebelum bekerja berdandan dengan cantik, bekerja di depan komputer, ruangan ber AC dengan musik yang mengalun sesuai keinginan saya. Mau tahu penghasilan saya perhari? Sepertinya tidak perlu dibahas ya….. Sebenarnya point penting perbedaan yang akan saya bahas bukan pada penampilan kerja, suasana kerja, juga penghasilan, tetapi pemanfaatan informasi.

Pekerjaan saya bisa dibilang aman, tidak berdampak signifikan ketika saya tidak update informasi untuk beberapa waktu, misalnya satu bulan. Asal saya bisa memberi nomor klasifikasi dan subjek koleksi kemudian mengentrinya di data base, maka pekerjaan saya beres. Bagaimana dengan pengepul pemulung ini? Ternyata ketika Amerika Serikat mengalami krisis keuangan, bisnis pengepul ini juga terkena dampaknya. Pendapatan yang sebelumnya perhari rata-rata 1 juta menjadi 100 ribu, bahkan sering merugi. Jadi pengepul harus up date informasi setiap saat alias melek literasi informasi.

Sekarang keadaan bisnis teman saya ini sudah mulai merangkak naik. Banyak hal dilakukan teman saya ini untuk menyelamatkan bisnisnya, diantaranya memperbaiki manajemen dan penerapan literasi informasi. Teman saya sebenarnya tidak tahu istilah literasi informasi, tetapi apa yang dia lakukan merupakan tahap-tahap dalam literasi informasi. Tahap-tahap yang dilakukan teman saya itu adalah :

1. Mencari informasi sebayak-banyaknya tentang harga barang-barang yang dibeli, sehingga ia tidak terlalu mahal ketika membeli barang-barang tersebut dari pemulung;

Dulu ia sering membeli barang-barang dari pemulung terlalu tinggi, padahal setelah ia jual lagi harganya lebih rendah.

2. Mengevaluasi harga-harga barang-barang tersebut , apakah ada kemungkinan naik/turun pada beberapa waktu yang akan datang;

Harga barang-barang bekas setiap jenis mengalami naik dan turun, misalnya kerta bekas minggu ini naik belum tentu harga itu bertahan beberapa hari lagi, ada kemungkinan kertas turun dan plastik naik. Hasil prediksi harga barang-barang bekas tersebut membuat dia menyimpan dulu beberapa barang yang belum laku di pasaran dan menjualnya ketika harga barang itu bagus.

3. Mencari tempat-tempat yang dapat membeli barang-barang yang ia kumpulkan dengan harga yang lebih tinggi;

Ada beberapa tempat pengepul besar yang berani membeli barang-barang bekas lebih tinggi daripada tempat yang lain.

4. Meneliti kualitas, kegunaan, dan tingkat kerusakan barang-barang yang ia beli dari pemulung.

Beberapa barang yang dia beli dari pemulung ternyata adalah barang/alat yang mengalami kerusakan dan bisa diperbaiki untuk kemudian dijual dengan harga yang lebih tinggi.

Langkah-langkah tersebut di atas adalah salah satu cara yang teman saya lakukan untuk memperbaiki kondisi bisnisnya yang sempat mengalami keterpurukan. Jadi literasi informasi tidak hanya berguna untuk kalangan terpelajar saja, tetapi pemulung pun bisa memanfaatkannya. Saya jadi membayangkan….seandainya mereka diberi bekal literasi informasi yang bagus, maka akan lebih banyak lagi informasi yang akan diperoleh. Informasi yang ia peroleh tentu dapat dipercaya, karena telah melalui tahapan evaluasi sumber informasi. Sintesis informasi tepat sehingga keputusan yang diambil pun menjadi tepat dan keuntungan menjadi berlimpah.

IKUTAN LOMBA PUSTAKAWAN BERPRESTASI

Ikut lomba pustakawan berprestasi? Saya tidak pernah berfikir untuk ikut lomba seperti ini, karena saya merasa tidak/belum berprestasi. Mendadak siang itu, saya dapat telpon dari teman menanyakan keberadaan saya dan mengabarkan kalau saya harus menghadap direktur perpustakaan. Saat itu memang saya tidak ada di kantor tetapi ada di mall. Ssssstt…..bukan main-main atau makan siang lho….., tetapi buat SIM. Singkat cerita setelah SIM baru ada di tangan,segera saya meluncur ke kantor dan menghadap Bapak direktur. Bapak direktur bilang, saya harus mengikuti lomba pustakawan berprestasi tingkat propinsi menggantikan seorang teman, dan esok hari adalah pendaftaran terakhir. Teman yang sudah mempersiapkan jauh-jauh hari sebelumnya tidak bisa mengikuti karena beberapa alasan yang dapat diterima. Saya kaget bukan kepalang, untuk mengikuti lomba seperti ini biasanya peserta mempersiapkan diri dengan matang dan yang lebih penting lagi adalah ia berprestasi. Alasan apapun yang saya sampaikan kepada pimpinan ternyata tidak menyurutkan beliau untuk mengirim saya pada lomba tersebut. Akhirnya dengan terpaksa saya menerimanya.

Keluar dari ruang pimpinan, saya disambut teman yang seharusnya mengikuti lomba ini. Dia membantu saya mengisi berkas-berkas pendaftaran dan menemani mengantarkan berkas tersebut ke panitia. Ujian tertulis berjalan dengan lancar, tetapi makalah dan power point untuk presentasi belum terfikirkan. Mepetnya waktu membuat saya harus cepat memutuskan, akhirnya saya memilih literasi informasi sebagai tema dalam penulisan makalah yang akan saya presentasikan. Literasi informasi saya pilih, karena beberapa kali saya mengikuti kegiatan ini, beberapa kali juga saya membuat materi ini untuk pendidikan pemakai di perpustakaan kami, yang lebih penting lagi tema ini sedang trend.

Direktur perpustakaan sangat berharap saya mengikuti lomba ini dengan sepenuh hati dan membawa nama baik perpustakaan kami. Dukungan beliau ditunjukkan dengan mempertemukan saya dengan tim pengembangan perpustakaan yang banyak memberi masukan berharga pada saya. Beliau juga berjanji untuk mengoreksi makalah yang akan saya presentasikan pada lomba. Kesibukan pimpinan dan terbatasnya waktu menyebabkan makalah saya hanya dikoreksi pada halaman depan saja.

Hari yang ditunggu datang, dengan percaya diri saya presentasikan makalah yang saya buat. Beberapa pertanyaan dewan juri sangat menarik. Pertanyaan itu diantaranya, apa manfaat literasi informasi bagi pemulung sampah?, bagaimana mengajarkan literasi informasi bagi masyarakat awam?. Lomba ini sangat menarik buat saya, walaupun jujur saya belum berprestasi, belum ada karya yang saya hasilkan dan saya belum aktif dalam organisasi kepustakawanan. Mungkin nilai saya hanya pada tes tertulis, makalah, dan presentasi saja. Sebagai pustakawan yang belum berpengalaman dalam lomba, belum berprestasi, dan persiapan yang mepet, hasil saya tidak terlalu mengecewakan. Mudah-mudahan pengalaman saya ini bisa memacu pustakawan untuk percaya diri, karena sebenarnya kita mampu kalau mau belajar. Agar belajarnya mendapat hasil terbaik, gunakan ketrampilan literasi informasi! He…he…Salam……

MEMBELI NETBOOK DENGAN CARA LITERASI INFORMASI

Judulnya lucu ya….?, tetapi, ini nyata. Saya menggunakan ketrampilan literasi informasi saya, sehingga memutuskan membeli netbook yang saya pakai sekarang. Langkah-langkah yang saya pakai memang tidak sedetail dalam teori literasi informasi, tetapi saya yakin langkah-langkah yang saya lakukan ini adalah ketrampilan literasi informasi secara sederhana. Langkah-langkah tersebut adalah :

1. Merumuskan masalah

Pertama saya menentukan kebutuhan-kebutuhan yang saya perlukan, yaitu netbook. Netbook bukan laptop pun banyak pertimbangan yang saya lakukan. Netbook yang saya perlukan yang biasa-biasa saja karena hanya untuk mengetik, presentasi, mp3, internet. Pertimbangan ini saya ambil karena dana yang tersedia juga sangat terbatas.

2. Pencarian informasi dan akses

Pada langkah ini saya mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang jenis netbook dari berbagai merk. Informasi ini saya dapatkan dari internet. Banyak sekali informasi yang saya dapatkan dari berbagai sumber, ada yang dari toko online komputer, website beberapa merk komputer, blog, yahoo answer, dan lain-lain. Dari situs-situs internet ini saya memilih beberapa url yang saya anggap bisa memberi informasi yang lengkap dan benar. Banyak sekali jenis-jenis netbook dengan berbagai keunggulan, warna yang menarik, harga yang bervariasi dari berbagai merek. Dari berbagai jenis netbook tersebut saya pilih netbook yang sesuai dengan kebutuhan saya. Akhirnya saya menemukan tiga netbook dengan merk yang berbeda, meskipun jujur dari segi warna dan bentuknya saya tidak punya banyak pilihan. Tiga spesifikasi netbook beserta kelebihan dan kelemahan yang saya peroleh informasinya di internet ini saya catat. Pencarian dan akses informasi, saya lanjutkan dengan mengunjungi pameran computer. Perbedaan pada pameran ini adalah saya bisa melihat barangnya langsung. Pada pameran ini saya menemukan dua netbook yang sesuai dengan kebutuhan saya, kemudian saya catat spesifikasinya.

3. Diskusi dengan ahli

Berbekal catatan, saya mendatangi seorang teman yang kebetulan mempunyai latar belakang teknologi informasi untuk diskusi. Saya menanyakan kelebihan dan kekurangan masing-masing netbook yang ada dalam catatan saya. Dia member tahu saya tentang spesifikasi netbook, misalnya tentang prosesor, memory, harddisk, dan lain-lain. Dia tidak merekomendasikan untuk memilih salah satu netbook, tetapi member pengetahuan tentang spesifikasi. Dari pengetahuan ini, saya menambahkan catatan lagi tentang kelebihan masing-masing netbook dari sisi spesifikasi.

4. Sintesis

Dari informasi-informasi yang ada saya sintesiskan. Akhirnya saya memilih dua netbook dari lima netbook.

5. Memutuskan.

Tinggal dua netbook, saya harus memilih salah satunya. Sebenarnya berat, dua netbook ini sama-sama memiliki keunggulan yang sama. Akhirnya saya memutuskan salah satu netbook dengan alasan saya pernah menggunakan merk ini. Bertahun-tahun saya menggunakan merk ini untuk laptop saya. Pengalaman saya merk ini tahan banting. Pertimbangan inilah yang akhirnya saya gunakan untuk memutuskan.