Jumat, 04 Februari 2011

Perpustakaan Kota Yogyakarta

Sabtu 04 Desember 2010, saya menghadiri diskusi yang diadakan oleh Perpustakaan Kota Yogyakarta. Diskusi interaktif ini mengambil tema “Menggagas Profesionalisme Pustakawan”. Disini saya tidak akan menceritakan bagaimana diskusi ini, karena saya rasa diskusi semacam ini sudah sering dilakukan. Saya justru tertarik dengan tuan rumah yang mengundang diskusi ini, Perpustakaan Kota Yogyakarta.
Gedung perpustakaan ini bisa dibilang mungil, tetapi sungguh luar biasa kegiatan-kegiatan yang ada di dalamnya. Sebelum saya mengunjungi perpustakaan ini, sudah sering saya dengar kegiatan-kegiatan yang dilakukan di perpustakaan ini. Kegiatan tersebut diantaranya adalah membatik disaat liburan sekolah, lomba menulis artikel perpustakaan bagi pelajar, lomba ibu membaca cerita, bank buku, dll. Semua kegiatan ini saya ketahui dari iklan di radio. Lagi-lagi saya acungi jempol pada promosi yang dilakukan oleh perpustakaan ini.
Saat saya berkesempatan berkunjung di perpustakaan ini, mata saya sering melirik ke pengunjung perpustakaan ini. Mata saya menangkap beberapa anak kecil yang diajak orang tuanya, mahasiswa, pelajar, dan beberapa orang yang jika dilihat dari penampilannya bukan mahasiswa, bukan pelajar. Saya berguman, “Beginilah harusnya perpustakaan umum, pengunjungnya dari berbagai kalangan masyarakat”. Selama ini yang saya amati di beberapa perpustakaan umum pengunjungnya paling banyak adalah mahasiswa. Sebelum acara diskusi dimulai saya ngobrol dengan pustakawan perpustakaan ini. Beliau bercerita bahwa pengunjung memang banyak apalagi kalau siang hari, saat jam pulang sekolah. Halaman depan yang disediakan akses internet gratis juga penuh. Selesai acara, saya tidak langsung pulang. Saya minta izin ke petugas untuk akses internet di halaman depan. Petugas meminta saya untuk mengisikan nama di buku dan petugas memberi saya secarik kertas berisi login dan password. Login dan password ini berlaku untuk tiga jam kedepan dan saya bisa meminta kembali jika masih membutuhkan. Mulailah saya searching bahan untuk mengerjakan tugas kuliah. Selama saya searching, banyak pengunjung yang memanfaatkan layanan ini. Ada seorang ibu yang keluar dari perpustakaan yang membawa novel dan membacanya di samping saya. Ada anak SMU yang sepertinya pulang sekolah duduk di depan saya dan membaca buku pelajaran. Di seberang saya ada tiga mahasiswa yang baru datang dan mengisi formulir pendaftaran anggota perpustakaan. Ada serombongan anak SD naik sepeda melintas menuju parkiran, mereka masih memakai seragam sekolah. Saya pikir anak SD ini Cuma mau putar-putar naik sepeda, tetapi ternyata mereka masuk ke perpustakaan. Keluar dari perpustakaan anak-anak ini membawa buku. Luar biasa perpustakaan ini selalu ramai dikunjungi pengunjung.
Banyaknya pengunjung yang datang ke perpustakaan da memanfaatkan layanan yang ada di perpustakaan menunjukkan bahwa perpustakaan ini sangat bermanfaat bagi masyarakat. Perpustakaan sebagai tempat untuk mencari informasi yang dibutuhkan masyarakat. Banyak pelajaran berharga yang saya ambil dari perpustakaan ini, perpustakaan ini banyak melakukan kegiatan yang menarik minat masyarakat. Kegiatan ini dilakukan di perpustakaan dengan tujuan agar masyarakat mengunjungi dan dekat dengan perpustakaan. Perpustakaan ini juga banyak melakukan kegiatan yang mendukung minat baca dan tulis masyarakat. Kegiatan untuk meningkatkan profesionalisme pustakawan tak luput dari perhatiannya. Promosi-promosi yang dilakukan oleh perpustakaan ini juga sangat menarik, mereka tidak hanya mengandalkan pengumuman yang dipasang di dinding pengumuman tetapi juga lewat media massa. Keramahan petugas juga merupakan hal yang tidak dilupakan di perpustakaan ini, sehingga pengunjung menjadi nyaman.

PRESENTASI DI DEPAN TEMAN-TEMAN PUSTAKAWAN

Kejadian ini terjadi saat diminta presentasi evaluasi sumber informasi internet, tanggalnya berapa saya lupa…… Kesempatan ini diberikan oleh teman-teman pengurus FPPTI DIY dan kebetulan saya juga salah satu pengurus. Ada tiga pengurus yang diberikan kesempatan yang sama. Saya mengambil kesempatan ini sebagai latihan untuk berbicara di depan umum, selama ini saya hanya berbicara di depan teman-teman sendiri, baik teman-teman kantor ataupun teman-teman kuliah yang otomatis semuanya sudah saya kenal terlebih dahulu.
Kesempatan bagus untuk mengembangkan diri, pikir saya pada waktu itu. Materi sudah disiapkan oleh ibu ketua, tinggal saya pelajari lagi sekedar untuk refresh karena sebenarnya sudah berulangkali saya ikut pelatihan ini. Materi yang akan saya sampaikan adalah evaluasi sumber informasi. Berbagai rencana mulai saya pikirkan. Dalam pikiran saya, nanti saya akan berusaha tampil dengan baik. Saya berencana membuat power point yang bagus, contoh-contoh kasus yang menarik akan saya sampaikan, dll.
Rencana-rencana tersebut ternyata sejenak saya lupakan. Kesibukan mengerjakan tugas-tugas kuliah membuat saya lupa dan hari yang ditentukan pun tiba. Hanya satu malam saya berusaha mempersiapkan semuanya dan tentu saja hasilnya sangat tidak memuaskan.
Tiba saat hari untuk tampil, satu persatu peserta pelatihan datang. Sebagian peserta adalah teman-teman kuliah DIII dulu, dan salah satunya adalah pustakawan teladan. Kami yang harus tampil agak deg-degan juga dengan kehadiran teman yang satu ini. Menurut kami dia seharusnya menjadi fasilitator bukan menjadi peserta. Walaupun agak deg degan saya tampil juga meskipun tidak maksimal. Untuk mensiasati ketidaksiapan saya dan ketidak PDan terhadap teman pustakawan teladan ini saya berinisiatif melakukan diskusi setelah praktek penelusuran informasi. Diskusi ternyata tidak hanya menyelamatkan saya tetapi juga menambah wawasan bagi semua peserta. Pustakawan teladan tadi juga bisa memberikan tambahan wawasan da pengalaman bagi semua peserta.
Selesai tampil, saya diberi selamat oleh teman pustakawan teladan tadi. Dia bilang penampilan saya bagus, tetapi masih perlu diperbaiki. Tidak semua peserta pelatihan mempunyai kemampuan dan ketrampilan yang sama, sehingga harus memberikan materi secara lebih detail dan mendalam dan ada beberapa materi yang harus ditambah. Nasehat teman saya ini sangat berarti bagi saya, jadi teringat dengan salah satu langkah literasi informasi yaitu “presentasi”. Ketika presentasi informasi pun banyak pelajaran yang diambil baik penampilan/gaya penyampaian saat menyampaikan informasi atau isi informasi itu sendiri.

PERPUSTAKAAN ASONGAN DI MALIOBORO

Tanpa sengaja aku mendengarkan radio, ternyata ada perpustakaan asongan di Malioboro ya….. Perpustakaan ini didirikan Komunitas Malioboro yang beranggotakan para stakeholders yang ada di jantung kota tersebut yang meluncurkan program khusus bagi peningkatan budaya membaca di kawasan itu. Program tersebut adalah perpustakaan berjalan bagi para warga Malioboro. Program ini diluncurkan di Balaikota Yogyakarta bertepatan dengan perayaan ulang tahun Walikota Yogyakarta Herry Zudianto ke-55, Rabu 31 2010. Sudah lama ya…berdirinya…aku baru dengar pertengahan bulan mei 2010. Kreatif banget nih idenya…….Aku yang pustakawan sama sekali tidak kepikiran tentang perpustakaan asongan ini.
Perpustakaan berjalan berbentuk seperti pedagang asongan yang menjajakan rokok, tisu, dan permen. Bedanya, kotak yang dibawa berisi buku-buku bacaan.Jam operasinya setiap Senin, Selasa, dan Rabu pukul 11.00– 15.00 WIB. Rentang waktu ini dipilih karena merupakan jam sepi pengunjung. Pedagang pun dapat memanfaat waktu luang itu dengan membaca. Semoga virus ini bisa menyebar kemana mana ya….. Jadi Indonesia bisa melek literasi informasi. Amin….

Bagaimana Mengajarkan Literasi Informasi Pada Masyarakat Pedesaan?

Pertanyaan di atas adalah pertanyaan yang dilontarkan seorang yuri pada saat saya mengikuti lomba pustakawan berprestasi. Juri tersebut adalah pustakawan senior pada sebuah perpustakaan umum. Beliau mengatakan bahwa sangat sulit mengajak masyarakat terutama masyarakat pedesaan untuk berkumpul dan membaca. Bagaimana mengajarkan literasi informasi pada masyarakat pedesaan sedangkan untuk mengumpulkan mereka di perpustakaan saja sangat susah. Banyak alasan yang mereka berikan mengapa mereka tidak mau mengunjungi perpustakaan, tidak ada waktu, capek, tidak tahu mau mengerjakan apa di perpustakaan, dan lain-lain.

Jawaban yang saya berikan pada saat itu bahwa masyarakat pedesaan belum tahu manfaat dari membaca, mereka mempunyai jam kerja yang panjang dan pekerjaan yang melelahkan sehingga diperlukan cara yang berbeda untuk memberikan literasi informasi pada mereka. Undangan minum teh saat mereka istirahat di pinggir sawah bisa dicoba untuk mengumpulkan mereka. Pertemuan-pertemuan awal mungkin kita masih membicarakan hal-hal yang ringan. Pertemuan-pertemuan selanjutnya bisa digunakan untuk menyadarkan mereka akan pentingnya informasi dalam meningkatkan hasil panen. Untuk melakukan hal-hal di atas memang bukan pekerjaan yang mudah, sepertinya pustakawan tidak bisa melakukan kegiatan ini sendiri. Pustakawan memerlukan bantuan orang lain untuk memulai kegiatan ini.

Penyuluh pertanian saya pikir adalah patner yang tepat untuk melakukan kegiatan ini. Penyuluh pertanian menyampaikan hal-hal teknis tentang pertanian sementara pustakawan memperkenalkan sumber-sumber informasinya. Tanpa sadar kegiatan berkembang menjadi sebuah pelatiha literasi informasi. Memang diperlukan cara unik, cara yang tidak langsung berhubungan dengan dunia intelektual karena memang kapasitas mereka bukan intelektual. Cara unik bisa menjadikan mereka melek literasi informasi.