Jumat, 04 Februari 2011

Bagaimana Mengajarkan Literasi Informasi Pada Masyarakat Pedesaan?

Pertanyaan di atas adalah pertanyaan yang dilontarkan seorang yuri pada saat saya mengikuti lomba pustakawan berprestasi. Juri tersebut adalah pustakawan senior pada sebuah perpustakaan umum. Beliau mengatakan bahwa sangat sulit mengajak masyarakat terutama masyarakat pedesaan untuk berkumpul dan membaca. Bagaimana mengajarkan literasi informasi pada masyarakat pedesaan sedangkan untuk mengumpulkan mereka di perpustakaan saja sangat susah. Banyak alasan yang mereka berikan mengapa mereka tidak mau mengunjungi perpustakaan, tidak ada waktu, capek, tidak tahu mau mengerjakan apa di perpustakaan, dan lain-lain.

Jawaban yang saya berikan pada saat itu bahwa masyarakat pedesaan belum tahu manfaat dari membaca, mereka mempunyai jam kerja yang panjang dan pekerjaan yang melelahkan sehingga diperlukan cara yang berbeda untuk memberikan literasi informasi pada mereka. Undangan minum teh saat mereka istirahat di pinggir sawah bisa dicoba untuk mengumpulkan mereka. Pertemuan-pertemuan awal mungkin kita masih membicarakan hal-hal yang ringan. Pertemuan-pertemuan selanjutnya bisa digunakan untuk menyadarkan mereka akan pentingnya informasi dalam meningkatkan hasil panen. Untuk melakukan hal-hal di atas memang bukan pekerjaan yang mudah, sepertinya pustakawan tidak bisa melakukan kegiatan ini sendiri. Pustakawan memerlukan bantuan orang lain untuk memulai kegiatan ini.

Penyuluh pertanian saya pikir adalah patner yang tepat untuk melakukan kegiatan ini. Penyuluh pertanian menyampaikan hal-hal teknis tentang pertanian sementara pustakawan memperkenalkan sumber-sumber informasinya. Tanpa sadar kegiatan berkembang menjadi sebuah pelatiha literasi informasi. Memang diperlukan cara unik, cara yang tidak langsung berhubungan dengan dunia intelektual karena memang kapasitas mereka bukan intelektual. Cara unik bisa menjadikan mereka melek literasi informasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar